Sunday, July 27, 2014

Buto Cakil dan Cerita Dibalik Tokoh Cakil

CAKIL, tokoh raksasa dalam dunia pewayangan, khususnya pada Wayang Purwa. Meskipun Cakil bukan termasuk raksasa yang berukuran tubuh besar, bentuk penampilannya mudah dikenali. Rahang bawahnya menonjol panjang ke depan dengan satu gigi bawah mencuat panjang ke atas. Matanya selalu mengeriyip, agak memicing.

Selain itu warna suaranya juga khas, seperti suara orang tercekik, nadanya tinggi, berbeda dengan suara raksasa pada umumnya yang bernada rendah dan lantang. Hampir dalam setiap lakon ia muncul sebagai ‘komandan’ pasukan raksasa yang bertugas menjaga atau tapal batas kerajaan tertentu, Namun, dalam beberapa lakon tertentu Cakil juga tampil dengan peran menonjol.

Cakil muncul dalam lakon-lakon wayang dengan berbagai nama, antara lain Ditya Kala Gendir Penjalin, Ditya Kala Carang Aking, Kala Klantang Mimis. Ki Dalang kadang-kadang bahkan menciptakan nama baru bagi tokoh ini. Ia merupakan satu-satunya raksasa yang bersenjata keris, bukan satu tetapi dua, kadang-kadang tiga, tetapi selalu mati tertusuk kerisnya sendiri.

Cakil pada Panggung Wayang Orang gaya Surakarta. Perang antara Cakil dengan tokoh ksatria Bambangan merupakan tari perang yang indah. Di Surakarta perang ini disebut Perang Kembang, sedangkan di Yogyakarta disebut Perang Begal

Tokoh peraga wayang Cakil oleh kebanyak dalang Wayang Kulit Purwa juga digunakan sebagai wayang srambahan untuk memerankan tokoh Kala Marica, anak buah Prabu Dasamuka dalam peristiwa penculikan Dewi Sinta pada seri Ramayana. Namun, pada perangkat Wayang Kulit Purwa yang lengkap, diciptakan tokoh peraga Wayang Kulit untuk peran Kala Marica. Bentuknya serupa sekali Cakil, tetapi rambutnya terurai, tidak digelung.

Perang antara Cakil dengan tokoh ksatria Bambangan disebut perang kembang, atau perang begal, hampir selalu muncul pada setiap lakon wayang. Perang itu ditampilkan baik pada pergelarang Wayang Kulit Purwa maupun pertunjukan Wayang Orang.

Pada adegan itulah biasanya Ki Dalang mempertunjukkan kemahirannya dalam sabetan, yakni ketrampilan menggerakkan peraga wayang. Gerakan sabetan pada Wayang Kulit Purwa, maupun pada gerakan penari pemeran tokoh Cakil dalam pertunjukan Wayang Orang, dipengaruhi gerakan jurus-jurus pencak silat.
Tokoh Cakil hanya terdapat dalam dunia pewayangan Indonesia, dan tidak ada dalam Kitab Mahabarata. Tokoh wayang raksasa, yang kedua tangannya dapat digerakkan (tokoh raksasa pada Wayang Kulit Purwa pada umumnya hanya dapat digerakkan tangan depannya saja, kecuali tokoh raksasa tertentu), itu diciptakan oleh seniman pencipta wayang pada zaman Mataram, tepatnya tahun 1630 atau 1552 Saka. Ini ditandai dengan candra sengakala yang berbunyi Tangan Yaksa Satataning Janma. Dengan demikian dapat diketahui bahwa Cakil diciptakan pada zaman pemerintahaan Sultan Seda Krapyak, raja Mataram kedua.

Karena Cakil selalu mati tertusuk kerisnya sendiri, dalam masyarakat Jawa sering dipakai sebagai contoh perilaku yang buruk. Jika seseorang sering kena musibah akibat ulah dan perilakunya sendiri, maka orang semacam itu dikatakan tingkahnya seperti Buta Cakil.
Sebelum kematiannya, Cakil biasanya bercanda dulu, lalu bertengkar dengan para punakawan.
Cakil termasuk salah satu dari Buta Prepat atau Raksasa Empat Sekawan. Tiga jenis raksasa lainnya yang juga tergolong Buta Prepat adalah Buta Rambut Geni, Buta Terong, dan Bragalba (Pragalba).
Dalam pewayangan mereka selalu muncul dalam adegan pencegatan ksatria yang sedang dalam perjalanan. Dan, mereka semua selalu mati.

Bagi pecinta wayang yang memandang budaya wayang dari sudut falsafah, adegan ini melambangkan seorang ksatria yang berhasil menaklukkan empat nafsu pribadinya, yaitu amarah, aluamah, sufiah, dan mutmainah. Keempat raksasa prepat  itu mewakili keempat nafsu manusia.
Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, tokoh Cakil dirupakan dalam empat wanda, yakni wanda Kikik atau Benceng, Bathang atau Cicir, Naga, dan Udalan. Pada pedalangan di Surakarta, Cakil wanda Udalan lebih sering digunakan pada pergelaran lakon-lakon yang tergolong pada kelompok lakon Ramayana dan Lokapala.

Tokoh wayang Cakil bukan hanya terdapat pada Wayang Kulit Purwa, dan Wayang Orang, juga pada Wayang Golek Purwa Sunda.

Baca juga PERANG KEMBANG.